Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Prof Dr Nurhayati Rahman mengatakan baju ini ini kerap disebut “waju tokko” mulai dikenal masyarakat bugis makassar pada abad ke 9, bahkan diperkirakan baju ini salah satu baju tertua di dunia.
“Awal munculnya baju ini sangat tipis dan longgar dengan tampilan transparan memperlihatkan bagian dada dan lekuk tubuh perempuan yang memakainya perempuan bugis makassar mengenakan baju bodo ini dengan sehelai sarung yang menutupi kaki.”
Dulunya “waju tokko” hanya dikenakan para bangsawan apalagi menilik kata “tokko” berasal dari kata “takku” yang berarti ungkapan untuk menyatakan strata sosial bangsawan. Kata Nurhayati
Menurut Nurhayati adanya perbedaan dalam strata kebangsawanan menjadikan adanya aturan pemakaian baju bodo, maka dikenal sistem protokoler kerajaan dan adat istiadat yang mengatur cara penggunaan baju bodo.
“Munculnya waju tokko dengan tampilan yang transparan menuai kecaman ketika Islam mulai menyebar di Sulawesi Selatan. Dalam ajaran islam, pakaian yang dibenarkan adalah pakaian yang menutup aurat, tidak menampakkan lekuk dan rona kulit selain telapak tangan dan wajah. Inilah kemudian yang disikapi kerajaan Gowa hinga muncuillah modifikasi baju bodo yang dikenal dengan baju labbu.”
Dikatakan waju tokko yang semula tipis berubah menjadi lebih tebal, jika pada awalnya memakai kain sejenis kasa kini baju bodo dibuat dengan bahan benang sutera.
Saat ini bermunculan baju bodo dengan berbagai model dan variasi, kombinasi dan variasi baju bodo yang ada saat ini bentuk konstruksi manusia bugis makassar saat ini mampu diterima oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. (R/AA/RRI)
0 comments:
Post a Comment