Beberapa anak akan mengalami demam setelah imunisasi atau diberi vaksin. Orangtua tak perlu khawatir yang berlebihan hal ini terjadi. Demam merupakan salah satu reaksi yang wajar setelah anak divaksin.
Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, demam yang ditimbulkan setelah pemberian vaksin biasanya tidak tinggi. Setelah minum obat penurun panas, suhu tubuh anak bisa kembali normal.
Sri menjelaskan, ada vaksin hidup dan vaksin mati. Vaksin yang berisiko menimbulkan demam, yaitu vaksin DPT (difteri pertusis tetanus).
“Efek samping harus dijelaskan pada orang tua. Ini hanya sementara. Kalau vaksin hidup bisa terjadi perilaku seperti penyakitnya. Misalnya campak, kan gejalanya ada demam. Vaksin hidup mengandung bakteri atau virus yang sudah dilemahkan. Kalau vaksin mati pelarutnya yang bikin panas, bukan virus atau bakterinya,” terang Sri.
Tetapi, jika terjadi demam lebih dari dua hingga tiga hari, bawalah anak ke dokter. Beritahukan pula hal ini pada petugas kesehatan yang melakukan imunisasi.
Sri menegaskan, imunisasi adalah cara terbaik untuk melindungi anak dari penyakit, seperti polio, hepatitis B, difteri, campak, tetanus, hingga meningitis. Demam hanyalah efek samping sementara.
Ia menyayangkan jika ada orangtua yang tidak memberikan imunisasi karena takut anak menjadi demam. Padahal, jika anak tidak diimunisasi, jutru berisiko menderita penyakit yang menyebabkan kecacatan hingga kematian tersebut. Biaya untuk pengobatan penyakit pun akan lebih mahal.
Saat ini, ada 7 vaksin yang diberikan gratis oleh pemerintah. Pemerintah bahkan mewajibkan anak mendapatkan imunisasi. (kompas)
0 comments:
Post a Comment