Dinamika kependudukan di Indonesia memiliki sebuah peluang dan tantangan. Salah satunya dengan mewujudkan generasi yang berkualitas. Karena itu melalui pembangunan keluarga sejahtera dan bahagia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bertekad untuk menghadapi tantangan tersebut. Hal itu diungkapkan Kepala BKKBN Prof.dr.Fasli Jalal, PhD, SpGK saat Rakernas II Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah Tahun 2014, Jumat malam (14/3) di Depok, Jawa Barat..
Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannaah Djohantini mengatakan, rakernas ini digelar untuk mengingatkan kembali pada ajaran KH Dahlan dan Nyi Dahlan dalam memahami Al quraan tentang surat Al Maun, yakni mendirikan klinik atau saat itu dikenal dengan penolong kesengsaraan omoem (PKO) dan rumah yatim (kesejahteraan sosial).
Kepala BKKBN hadir sebagai narasumber dengan materi “BKKBN terkait dengan program pengendalian kependudukan, peningkatan kualitas keluarga, kesehatan perempuan dan anak melalui kerjasama dengan Asyiyah”.
Dalam diskusi bersama peserta raker, Fasli Jalal mengatakan bahwa penduduk dunia pada 2014 sudah mencapai 7,3 miliar jiwa. Padahal daya dukung bumi hanya empat miliar orang penduduk. "Tahun 2020 diprediksi jumlah penduduk dunia menjadi 9,3 miliar sampai 9,6 miliar orang," jelasnya.
Jawa Barat disebutnya tetap menjadi daerah terpadat penduduknya di Indonesia sebanyak 45 juta. Diprediksi, akan membludak menjadi 57 juta pada 2035. Lalu disusul oleh Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten naik 65 persen dari tahun 2010. Riau pun memiliki angka pertumbuhan penduduk 3 persen per tahun yang didominasi oleh migrasi penduduk ke Batam.
Pertambahan penduduk di Indonesia pada tahun 1800-1900 bertambah 40 juta. Begitu perkembangan teknologi, pertambahan penduduk kian kencang. “tahun 1900-2000 naiknya lima kali lipat, sensus tahun 1971, era Presiden Soeharto, penduduk Indonesia hanya 119 juta orang, kalau pertambahan penduduk tahun 1961, diteruskan data itu ke 1971, maka tahun 2010 diprediksi bisa 340 juta orang”, ungkapnya. Karena itulah, lanjut Fasli, gegap gempita program Keluarga Berencana (KB) mulai melanda. Dalam kurun waktu 45 tahun, program KB diklaim dapat menghemat 100 juta penduduk dengan rata - rata harapan hidup tahun 1971 yakni 47 tahun, saat ini sudah 75 tahun.
Indonesia digadang-gadang akan mendapatkan bonus demografi. Namun, bonus demografi berupa laju pertumbuhan penduduk bisa berubah menjadi malapetaka bagi Indonesia pada 2050. Ada sejumlah propinsi, seperti NTT yang mengalami bonus demografi, justru para penduduk usia produktif banyak bekerja menjadi TKI di luar negeri, begitu juga penduduk Pantura.
Kita berharap dengan kerja seluruh pihak menyukseskan program KB, salah satunya Aisyiyah," lanjut Fasli. Skenario program untuk lansia dari Aisyiyah diharapkan bisa menekan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kualitas layanan pada orang lanjut usia. Nanti pelayanan homecare banyak dibutuhkan sehingga tenaga keperawatan sangat dibutuhkan di tengah kondisi bonus demografi.
0 comments:
Post a Comment