728x90 AdSpace

  • Info Terbaru

    Sunday 26 April 2015

    Bonus Demografi : Berkah atau Musibah?


    Di era Presiden Soekarno bangsa Indonesia cukup disegani kiprahnya di kancah internasional. Indonesia menjadi inspirasi beragam negara di Afrika untuk merdeka dari belenggu kolonialisme. Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menjadi tonggak kiprah Indonesia di mata dunia. 

    Peran Indonesia mulai diperhitungkan sebagai salah satu negara yang terpandang di dunia, karena sebagai inisiator GNB (Gerakan Non Blok). Kala itu dunia sedang terpecah akibat perseteruan blok barat yang diwakili Amerika Serikat dan blok timur yang diwakili oleh Uni Soviet.

    Letak geografis Indonesia yang strategis menjadi rebutan dua blok yang bertikai. Bung Karno mengambil langkah untuk tidak berpihak kepada salah satu blok, baik barat ataupun timur. GNB menjadi gerakan yang diakui di dunia dan mencatat peranan Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif. 

    Kini Indonesia kembali menjadi incaran berbagai negara dengan bonus demografi yang sedang dialaminya.


    Bonus Demografi: Berkah atau Musibah?

    Pasar dalam negeri menjadi incaran beragam negara yang mengetahui potensi jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk 238 juta jiwa (BPS 2014) juta merupakan pangsa pasar yang menggiurkan bagi para pemasar produk atau jasa. 

    jumlah penduduk yang besar ini merupakan daya saing atau keunggulan Indonesia untuk menarik minat penanam modal luar negeri. Jumlah penduduk tersebut dapat dijadikan posisi tawar dalam rangka pembahasan kontrak kerja atau penanaman modal. Dengan bonus demografi tersebut, Indonesia menjadi pasar konsumen terbesar kedua di dunia (setelah Tiongkok) serta menjadi incaran para pemasar global.

    Beberapa merek ternama pun sudah membuat produk-produknya di Indonesia. Pangsa pasar yang besar sudah jaminan bahwa tiap produk yang dihasilkan akan diserap oleh pasar. Merek-merek yang sudah melihat keberhasilan merek yang sudah lebih dulu menanamkan modal di Indonesia segera mengambil langkah berani untuk menandatangani proyek kerjasama dengan pemerintah RI. 

    Google yang sudah membuka kantor perwakilan di Jakarta menyebabkan Facebook pun tak ingin menyia-yiakan kesempatan untuk segera membuka juga kantor perwakilan, bahkan perwakilan manajemen Twitter pun sudah melakukan penjajakan dan mengungkapkan ketertarikan untuk membuka kantor di Indonesia.


    Bos Air Asia, Tony Fernandes dalam sebuah wawancara dengan MetroTV mengatakan bahwa ia lebih sering tinggal di Jakarta dalam menjalankan dan memonitor perkembangan perusahaannya. Dalam wawancara tersebut, ia mengakui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar dan negara kepulauan masih terbuka untuk pengembangan Air Asia. 

    Salah satu alasan pembukaan kantor perwakilan Air Asia di Jakarta, karena Tony ingin lebih mengetahui potensi-potensi yang belum dapat tergarap maksimal oleh beberapa perusahaan maskapai sebelumnya. Di wawancara tersebut, ia mengungkapkan bahwa keinginannya untuk lebih banyak membuka jalur penerbangan baru di beberapa kota Indonesia yang belum disinggahi oleh perusahaan maskapai manapun, namun jalur tersebut justru menyediakan potensi jumlah penumpang yang besar.

    Kesebelasan Liverpool terkenal memiliki penggemar setia. Loyalitas mereka sudah teruji, meskipun sudah 24 tahun klub tersebut tidak menjuarai liga Inggris. Sebagai klub besar, Liverpool memiliki fans base di tiap negara. Indonesia dengan keunggulan jumlah penduduk menempatkan di urutan pertama sebagai penggemar Liverpool (Liverpuldian) di dunia. Dalam lawatan Liverpool ke Indonesia tahun lalu, manajer Brendan Rogers mengungkapkan bahwa Liverpuldian Indonesia mampu menghadirkan aura stadion Anfield di Gelora Bung Karno. Kedatangan tim peraih scudetto Serie A, Juventus ke Indonesia pada pertengaha tahun 2014 juga menyajikan penampilan hampir serupa. Juventini (fans tim Juventus) menghitamputihkan stadion Gelora Bung Karno saat laga persahabatan yang dimainkan oleh Juventus. Juventini Indonesia merupakan Juventini terbesar di dunia. Allenatore Juventus, Massimo Allegrini bagai merasakan atmosfer stadion Delle Alpi, Turin saat menyaksikan tim asuhannya bertanding di stadion Gelora Bung Karno.

    Bonus demografi (usia produktif, pangsa pasar menggiurkan) yang dimiliki oleh Indonesia bagai cahaya yang diincar oleh laron-laron. Kepala kantor dagang dan ekonomi Taipei di Jakarta, Andrew Hsia mengungkapkan bahwa negara Taipei (Taiwan) sangat tergiur dengan pangsa pasar yang demikian besar di Indonesia. 

    Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan lapangan kerja bagi jutaan usia produktif orang Indonesia dapat terjadi, jika investor dalam dan luar negeri menanamkan modal, membuka usaha yang dapat membuka lapangan kerja serta mampu menyerap jutaan usia produktif orang Indonesia. 

    Usia produktif jika salah dalam mengelola akan meningkatkan jumlah pengangguran. Jumlah usia produktif yang tidak bekerja dapat menimbulkan kerawanan sosial yang dapat meningkatkan angka kriminalitas. Kerawanan sosial, peningkatan angka kriminalitas dan ketidakstabilan situasi politik dapat membuat gerah para investor. 

    Mereka satu demi satu lebih memilih untuk memindahkan basis produksinya ke negara-negara tetangga. Samsung, pabrikan ponsel pintar dari Korea Selatan lebih memilih mendirikan basis produksi di Vietnam. RIM (Research in Motion), produsen Blackberry asal Kanada justru membangun pabriknya di Malaysia. Padahal seperti sudah diketahui oleh publik, pemakai terbesar produk Samsung dan Blackberry berada di Indonesia.

    Bonus demografi yang besar sudah sewajarnya dimaksimalkan oleh pemerintah RI. Jika negara lain saja, tidak ingin melewatkan kesempatan terhadap jumlah penduduk Indonesia yang besar dalam rangka memasarkan produk atau jasa, agak membingungkan kalau pemerintah RI justru menyia-yiakan bonus demografi tersebut. 

    Jumlah penduduk 238 juta jiwa merupakan salah satu daya saing untuk menarik investor dalam dan luar negeri. Selain itu, Indonesia juga memiliki modal sosial yang kuat untuk terus meningkatkan perekonomian nasional. Keberadaan kelas menengah yang mencapai 96 juta jiwa berdasarkan data tahun 2013 dapat memanfaatkan peran mereka sebagai kalangan yang well educated dan well informed untuk penciptaan rintisan-rintisan usaha (start up) baru yang berbasiskan teknologi, informasi dan komunikasi. 

    Pengelolaan kelas menengah di Indonesia yang kurang tepat hanya akan mengalami middle class trap (jebakan kelas menengah). Jika bonus demografi ini tidak dimaksimalkan untuk peningkatan perekonomian RI, tidak salah jika bonus demografi yang awalnya dapat disebut anugerah justru menjadi musibah.

    Generasi Pendobrak: Usia Muda nan Produktif

    Prof Otto Schrmer dari MIT dalam wawancara di Metro TV mengungkapkan bahwa aset ragam budaya dan alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat bernilai. Keragaman budaya yang dianugerahkan ke bangsa Indonesia akan menjadi sumber keunggulan, jika dikelola dengan manusia-manusia Indonesia yang kreatif dan inovatif.


    Berdasarkan data kependudukan tahun 2000-an, penduduk Indonesia berusia 18-35 tahun merupakan usia terbesar yang mendominasi. Penduduk Indonesia 18-35 tahun yang berjumlah sekitar 80 juta merupakan usia produktif. Usia yang ditandai dengan mobilitas, kreativitas, spontanitas dan inovasi melekat pada usia produktif. Bonus demografi yang dialami oleh Indonesia didominasi oleh rentang usia muda nan produktif. Usia produktif yang salah dalam pengelolaannya akan menjadikan musibah bagi bangsa Indonesia. 

    Pengungkit bonus demografi yang didominasi usia muda nan produktif agar menjadi berkah bagi Indonesia dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal. Pakar pendidikan yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan kebudayaan Indonesia, Daoed Jusuf meyakini bahwa pendidikan formal memiliki peran yang sangat nyata dan penting dalam membangun dan mengerakkan usia muda nan produktif menjadi generasi pendobrak.

    Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Singapura dan beberapa negara Eropa ditopang oleh karakter kewirausahaan (entrepreneurship) yang kuat. Karakter kewirausahaan bercirikan karakter yang berani mencoba, keluar dari zona nyaman dan berusaha menjadi solusi atas suatu permasalahan. Korea Selatan sudah mulai memetik buah dari sistem pendidikan formal yang dijalankan oleh pemerintahnya untuk membangun dan menggerakkan kaum muda. Kini ketekunan kaum muda Korea Selatan dalam meniti ilmu mulai menggerakkan perekonomian negara. 

    Korean Wave (hallyu) melanda semua negara. Produk-produk kebudayaan Korea (K-Pop Stars, K-Drama, K-Film) menyebar ke berbagai negara dan membangkitkan demam Korea. Produk teknologi Samsung sudah mulai merajai dan mampu menggeser raksasa I-Phone yang dulu seolah melenggang sendiri. Produk otomotif Hyundai, KIA dan Daewoo pun mulai membanjiri negara-negara produsen otomotif yang sudah mapan.

    Keberhasilan Korea Selatan dalam menempa usia produktif melalui jalur pendidikan semoga dapat menginspirasi pemerintahan terpilih. Pemerintahan baru perlu merumuskan ulang sistem pendidikan di Indonesia agar mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki karakter kewirausahaan yang kuat (pencipta lapangan kerja), bukan para lulusan yang bermental mencari pekerjaan semata. Data Kemenkop dan UKM per Februari 2014 menunjukkan ada sekitar 59 juta pelaku bisnis di sektor UMKM. 

    Keberadaan dan keberlangsungan UMKM perlu menjadi prioritas pemerintahan mendatang agar mereka dapat terus menjalankan usaha sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan menyerap usia produktif yang semakin meningkat tiap tahunnya.

    Semoga.

    Penulis : Bona Ventura Ventura / kompasiana

    Sumber Bacaan:
    Agus W. Soehadi. Menciptakan Generasi Pendobrak. Forum Manajemen Prasetiya Mulya. Vol.
    XXVIII/04/2014.
    Agus Suyono. Simbiosis Mutualisme Abu-abu: Menaksir Indonesia – Taiwan Pascapilpres 2014.
    Forum Manajemen Prasetiya Mulya. Vol. XXVIII/04/2014.
    Nafi’ Muthohirin. Politik Aman, Ekonomi Nyaman. Forum Manajemen Prasetiya Mulya. Vol.
    XXVIII/04/2014.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Bonus Demografi : Berkah atau Musibah? Rating: 5 Reviewed By: Unknown

    Galeri Aktivitas Saya 2013 - 2015