JAKARTA – Tiga hal yang tidak bisa ditolerir untuk memaknai bonus demografi sebagai anughra. Ke tigak itu adalah tidak toleran seks bebas, penggunaan narkoba, dan penularaan HIV AIDS. Dan menjadikan generasi muda sebagai tonggak kesuksesan bonuss demografi. Hal itu diutarakan Ambar Rahayu, Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dalam acara Seminar Eksekutif "Bonus Demografi Anugerah atau Musibah" pada Senin (27/4) di kantor BKKBN.
"Tentunya untuk mewujudkan bonus demografi menjadi anugrah tak bisa hanya mengandalkan BKKBN. Perlu kerjasama dengan mitra kerja, yang sama-sama memiliki pandagan dan kebijakan yang sama," ujar Ambar Rahayu.
Proyeksi angka masyarakat ketergantungan kurang dari 50 persen dari total penduduk Indonesia. Hal ini disebut oleh para ahli demografi sebagai bonus demografi. Proporsi penduduk usia kerja usia 15 – 64 tahun meningkat dari 66,5 persen di tahun 2010 menjadi 67,9 persen di tahun 2035 mendatang. Di sisi lain, penduduk usia 65 tahun ke atas meningkat dari 5 persen menjadi 10,6 persen di kurun waktu yang sama. Perubahan ini mengakibatkan beban ketergantungan turun 50,5 persen pada 2010 menjadi 47,3 persen. Diperkirakan pada tahun 2035, Indonesia akan memiliki 304 juta penduduk dan 161 juta diantaranya adalah penduduk usia produktif 15 – 64 tahun.
Kondisi ini membuka peluang dan potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tersedianya supply penduduk usia produktif yang melimpah. Muaranya, tak lain adalah meningkatnya kualitas dan kesejahteraan penduduk. Di Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan untuk menyiapkan pemuda yang merupakan tonggak penduduk usia produktif. Program pemerintah untuk mengembangkan potensi pemuda, yang berjumlah 65 juta atau sekitar 28 persen dari jumlah penduduk berdasarkan atas sensus 2010.
"Program Keluarga Berencana yang dilaksanakan secara resmi mulai tahun 1970 telah melahirkan transisi demografi yang merubah struktur usia penduduk secara signifikan," kata Ambar.
Bonus demografi sebesar itu memiliki peluang membebaskan ratusan juta orang dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup serta mendorong kemajuan ekonomi. Investasi untuk generasi muda, yang dibutuhkan untuk menghasilkan bonus demografi, adalah perlindungan hak, termasuk hak reproduksi, peningkatan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi dan seksual, dan memberikan ketrampilan serta pengetahuan untuk membangun kemampuan pemuda. Investasi tersebut juga dapat mempercepat penurunan angka kelahiran, yang dapat mempercepat peralihan demografi. Investasi untuk generasi muda tersebut merupakan langkah tepat, untuk berbagai alasan terbilang cerdas.
Sebagai contoh, investasi untuk generasi muda memungkinkan negara berkembang menikmati bonus demografi, yang dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi.
"Tentu saja ini merupakan suatu anugrah. Imbasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan," ucapnya lagi.
Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi.
"Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika berhasil mengambilnya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya kualitas SDM tidak dipersiapkan," pungkasnya. (indopost)
0 comments:
Post a Comment