Palu -- Masa remaja adalah saat pencarian jati diri dan transisi menuju usia dewasa. Tak heran bila di masa ini, para remaja sangat rentan dengan pengaruh dari lingkungannya, utamanya yang bersifat negatif.
"Fakta menunjukan bahwa sebagian remaja kini dihadapkan pada situasi yang sangat memprihatikan, seperti pergaulan bebas yang berujung ke seks bebas dan narkoba. Masalah lain, adalah tingginya pernikahan dini di antara remaja itu," ujar Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Irmawati, di Palu, Sabtu (5/4/2014).
Menurut Irmawati, anak-anak muda ini merupakan sumber daya potensial terbesar dalam memajukan bangsa di masa depan. Karena itu, semua pihak, orangtua, pemerintah, sekolah, harus memberi perhatian lebih agar anak-anak muda ini tumbuh menjadi dewasa secara sehat jasmani, rohani, mental dan spiritual.
Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2012 lalu bahkan membuktikan usia nikah pertama di Sulteng rata-rata 20,8 tahun. Padahal harapan pernikahan yang dianjurkan adalah 21 tahun.
"Itu sangat jelas menggambarkan, bahwa masih tinggi usia nikah dini di Sulteng," ungkap Irmawati.
Untuk itu, tambah Irmawati, BKKBN Sulteng, sebagai institusi yang banyak bersentuhan dengan keluarga berusaha menanggulangi berbagai permasalahan yang dihadapi remaja.
"Di antaranya, melalui program genre khususnya pendewasaan usia pernikahan, peran mahasiswa dalam perspektif menurunan angka ASFR menurut usia 15-19 tahun, serta mengikutsertakan peran mahasiswa dalam menyiapkan generasi emas sebagai penerus pemimpin bangsa ke depan," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment