Jakarta -- Mantan Menko Kesra/mantan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono prihatin angka kematian ibu akibat hamil dan melahirkan masih tinggi. Apalagi masih banyak desa yang tidak memiliki bidan dan ini harus menjadi perhatian pemerintah karena hanya sekitar 30 persen saja bidan yang ada di desa. Padahal bidan menjadi andalan dalam pelayanan KB di desa.
Oleh karena itu, Haryono mengajak jajaran BKKBN untuk menggalakkan kembali peran serta masyarakat dengan membawa program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga. “Ini menjadi salah satu PR (pekerjaan rumah – red) untuk menggalakkan kembali program KB. Dan tagline BKKBN yang baru ditambah kependudukan dan pembangunan keluarga,” kata Haryono pada acara High Level Seminar on The ICPD Beyond 2014 Review di Jakarta, Selasa (1/4).
Dulu di setiap desa ada kader KB dan bidan, bahkan ada dokter keliling. Namun, sekarang kondisi sudah berbeda. Selain PLKB berkurang, dokter dan bidan pun kurang tersebar di desa-desa. Kondisi ini pun menjadi salah satu penyebab tinggi TFR (total fertility rate) atau stagnan selama 10 tahun terakhir ini, sebesar 2,6.
Bahkan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup, tidak bisa dianggap biasa-biasa saja, tetapi harus diatasi secara bersama-sama dan kerja keras. “Jangan hanya kader BKKBN formal saja yang bekerja, tetapi juga masyarakat turut berperan," ujarnya.
Haryono yang pernah menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam ICPD 1994 di Cairo, menceritakan pada 1989, program KB dianggap paling terbaik di seluruh dunia. Sehingga pada 1989 tersebut dijadikan sebagai momentum untuk membangun keluarga Indonesia. Kemudian, pada 1990-an program-program pembangunan dikaitkan dengan program-program pemetasan kemiskinan, sehingga program pembangunan keluarga bersifat multisektoral.
“Dengan multisektoral ini, menurut Prof. Haryono, dari tahun 1980-2000 di tahun 1990-an tidak ada goncangan TFR (Total Fertility Rate) angka kelahiran total dan terus turun sampai 2000. Pelayanan KB dilakukan di Posyandu oleh bidan bisa menjadi kunci mengajak masyarakat untuk ikut program KB dan mengajak agar keluarga-keluarga Indonesia hanya mempunyai dua anak saja
Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi terkait dengan hasil yang dicapai program keluarga berencana. Hasil SDKI 2012 menunjukkan Total Fertiliy Rate (TRF) atau total angka kelahiran mengalami stagnansi pada angka 2,6 per wanita subur. “Kita perlu khawatir angka kelahiran di kalangan usia muda antara 15-19 tahun masih tinggi, dari harapan atau target 30/1.000 wanita ternyata malah 48/1.000 wanita. Maka kita harus gencarkan program GenRe (generasi berencana),” kata Kepala BKKBN, Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK.
Soal kekurangan kader dan petugas KB, Fasli mengatakan dari 78.000 desa di Indonesia, hanya ada kurang lebih 15.000 kader BKKBN. "Idealnya itu kan satu kader maksimal menangani dua desa. Tapi itu tidak memungkinkan karena kadernya sekarang hanya 15.000 sementara jumlah desanya ada 78.000," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment