Dalam tahun politik 2014 ini banyak pihak menaburkan berbagai janji dan program kepada rakyat banyak bertujuan menarik simpati agar terpilih menjadi anggota legislatif atau bahkan menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI. Yayasan Damandiri melalui mitra kerjanya beberapa Bank, termasuk Bank UMKM di Jawa Timur, Bank BPD dan Bank Bukopin, atau lembaga keuangan seperti koperasi di pedesaan, menawarkan Tabur Puja sebagai upaya membangaun budaya gemar menabung dan mengambil kredit. Kredit tersebut dipergunakan untuk usaha ekonomi mikro dan kecil yang produktif dengan syarat penyegaran persatuan dan kesatuan gotong royong sesama anak bangsa.
Budaya menabung diperkenalkan sebagai kelanjutan Gerakan Sadar Menabung yang telah lama dimulai untuk membangun anak bangsa yang berpikiran kedepan, berpikiran maju untuk akhirnya menjadi bangsa yang mandiri karena berhasil memupuk modal secara pribadi dan bisa dijadikan umpan untuk mendapatkan “ikan” yang lebih besar. Keluarga yang mempunyai tabungan yang cukup akan bisa mendapatkan kredit dan uang tabungannya akan bisa dirgunakan untuk agunan, seakan tabungan yang kecil menjadi “umpan” untuk mendapatkan “ikan” atau pinjaman dengan jumlah yang lebih besar dari tabungannya.
Para anggota Posdaya yang ingin bergabung dalam kegiatan menabung dapat dengan mudah menghubungi Bank, di Jawa Timur Bank UMKM, di Yogyakarta Bank BPD dan Bank Bukopin, di Jakarta Koperasi Sudara Indra dan Bank Bukopin, dan dibeberapa daerah lain bisa dengan Bank BPD setempat. Para anggota perlu mengembangkan persatuan dan kesatuan karena kalau kepingin mengambil kredit tidak diharuskan menyetorkan agunan. Para anggota Posdaya cukup menyatakan adanya kerjasama Tanggung Renteng diantara para anggota yang mengambil kredit. Artinya, kalau salah satu nasabah tidak membayar cicilan kredit, maka nasabah rekan tanggung rentengnya membayar lebih dulu dan kemudian diganti oleh nasabah yang terlambat atau yang belum membayar cicilan tersebut. Proses tanggung renteng ini memudahkan setiap keluarga pra sejahtera atau keluarga sejahtera I mendapatkan kredit Tabur Puja.
Kredit Tabur Puja diberikan dalam jumlah tidak lebih dari Rp. 2 juta sebagai modal awal untuk bergerak dalam bidang ekonomi. Kalau cicilannya baik dan lancar, maka di kemudian hari dapat mengambil kredit Pundi dengan jumlah yang lebih besar. Pada saat itu diharapkan sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk menjamin agunan bagi kredit dengan jumlah lebih besar. Para anggota Posdaya yang mengambil kredit tidak perlu harus memenuhi syarat bankable, atau layak kredit bank, kecuali sudah bersedia menabung dan dapat memperoleh kepercayaan dari kelompok Posdaya dan membangun kebersamaan untuk bekerja dalam system tanggung renteng.
Yang diharuskan adalah bahwa setiap anggota yang mengambil kredit perlu segera bekerja cerdas dan keras agar bisa membayar cicilannya secara teratur. Syarat utamanya adalah bahwa keluarga atau perorangan yang akan melakukan pinjaman Tabur Puja pertama-tama perlu menjadi anggota Posdaya agar bisa menyegarkan budaya peduli sesama anak bangsa dan melalui budaya gotong royong mampu bekerja sama dengan tetangganya. Seorang calon nasabah perlu menghayati kegiatan seperti pemeliharaan kesehatan yang bersifat preventip, artinya berusaha keras untuk hidup secara teratur, mengutamakan kesehatan dengan baik, kalau belum punya tempat pembuangan kotoran akan berusaha untuk segera memisahkan keuntungannya untuk membuat tempat pembuangan kotoran yang terpisah dengan rumahnya, menyekolahkan anak-anaknya. Kalau ada yang tidak atau belum sekolah, menjadi prioritas pertama untuk dikirim ke sekolah dan akhirnya menjadikan halaman rumahnya Kebun Bergizi agar ada perbaikan gizi untuk keluarganya.
Sebuah keluarga yang mulai belajar menabung perlu mewajibkan anak-anaknya sekolah setinggi-tingginya, minimal sampai tamat SMA dan kepadanya diberikan pelatihan ketrampilan di lingkungan Posdaya atau ikut pelatihan ketrampilan yang diadakan di lingkungan desa, siapapun yang menyelenggarakannya. Kalau perlu kelompok Posdaya menyelenggarakan pelatihan ketrampilan. Dengan demikian setiap keluarga mengembangkan pemberdayaan keluarganya secara tuntas, kedua orang tua dan anak-anaknya.
Dengan pelatihan ketrampilan itu maka seluruh anggota keluarganya disiapkan menjadi pengusaha atau pekerja yang terampil dan mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka di desanya. Mampu bekerja apa saja yang bisa menambah penghasilan dan membebaskan keluarga dari lembah kemiskinan dengan bekerja cerdas dan eras, bukan dengan meminta-minta.
Dari kalangan lain diharapkan bisa membantu dan peduli terhadap keluarga miskin melalui bantuan yang memancing, misalnya mengajari keluarga melakukan pengembangan kolam lele, kolam ikan yang mudah merawatnya, menanam tanaman Kebun Bergizi, bahkan membuat Bank Sayur dimana sayuran yang ditanam setiap keluarga dapat dikumpulkan setelah tidak habis dimakan sendiri untuk bersama sama dijual ke pasar. Dana hasil penjualan dapat dipergunakan untuk biaya hidup dan biaya sekolah anaknya.
Dalam jangka yang lebih lama, disamping ditanam sayur dan buah-buahan, lahan dibelakang rumahnya dapat ditanami pohon keras seperti sengon yang dalam lima tahun dapat dijual dengan harga yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan modal awal yang dipergunakannnya. Semua itu merupakan upaya pengembangan ekonomi biru secara sederhana. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra RI, www.haryono.com).
Budaya menabung diperkenalkan sebagai kelanjutan Gerakan Sadar Menabung yang telah lama dimulai untuk membangun anak bangsa yang berpikiran kedepan, berpikiran maju untuk akhirnya menjadi bangsa yang mandiri karena berhasil memupuk modal secara pribadi dan bisa dijadikan umpan untuk mendapatkan “ikan” yang lebih besar. Keluarga yang mempunyai tabungan yang cukup akan bisa mendapatkan kredit dan uang tabungannya akan bisa dirgunakan untuk agunan, seakan tabungan yang kecil menjadi “umpan” untuk mendapatkan “ikan” atau pinjaman dengan jumlah yang lebih besar dari tabungannya.
Para anggota Posdaya yang ingin bergabung dalam kegiatan menabung dapat dengan mudah menghubungi Bank, di Jawa Timur Bank UMKM, di Yogyakarta Bank BPD dan Bank Bukopin, di Jakarta Koperasi Sudara Indra dan Bank Bukopin, dan dibeberapa daerah lain bisa dengan Bank BPD setempat. Para anggota perlu mengembangkan persatuan dan kesatuan karena kalau kepingin mengambil kredit tidak diharuskan menyetorkan agunan. Para anggota Posdaya cukup menyatakan adanya kerjasama Tanggung Renteng diantara para anggota yang mengambil kredit. Artinya, kalau salah satu nasabah tidak membayar cicilan kredit, maka nasabah rekan tanggung rentengnya membayar lebih dulu dan kemudian diganti oleh nasabah yang terlambat atau yang belum membayar cicilan tersebut. Proses tanggung renteng ini memudahkan setiap keluarga pra sejahtera atau keluarga sejahtera I mendapatkan kredit Tabur Puja.
Kredit Tabur Puja diberikan dalam jumlah tidak lebih dari Rp. 2 juta sebagai modal awal untuk bergerak dalam bidang ekonomi. Kalau cicilannya baik dan lancar, maka di kemudian hari dapat mengambil kredit Pundi dengan jumlah yang lebih besar. Pada saat itu diharapkan sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk menjamin agunan bagi kredit dengan jumlah lebih besar. Para anggota Posdaya yang mengambil kredit tidak perlu harus memenuhi syarat bankable, atau layak kredit bank, kecuali sudah bersedia menabung dan dapat memperoleh kepercayaan dari kelompok Posdaya dan membangun kebersamaan untuk bekerja dalam system tanggung renteng.
Yang diharuskan adalah bahwa setiap anggota yang mengambil kredit perlu segera bekerja cerdas dan keras agar bisa membayar cicilannya secara teratur. Syarat utamanya adalah bahwa keluarga atau perorangan yang akan melakukan pinjaman Tabur Puja pertama-tama perlu menjadi anggota Posdaya agar bisa menyegarkan budaya peduli sesama anak bangsa dan melalui budaya gotong royong mampu bekerja sama dengan tetangganya. Seorang calon nasabah perlu menghayati kegiatan seperti pemeliharaan kesehatan yang bersifat preventip, artinya berusaha keras untuk hidup secara teratur, mengutamakan kesehatan dengan baik, kalau belum punya tempat pembuangan kotoran akan berusaha untuk segera memisahkan keuntungannya untuk membuat tempat pembuangan kotoran yang terpisah dengan rumahnya, menyekolahkan anak-anaknya. Kalau ada yang tidak atau belum sekolah, menjadi prioritas pertama untuk dikirim ke sekolah dan akhirnya menjadikan halaman rumahnya Kebun Bergizi agar ada perbaikan gizi untuk keluarganya.
Sebuah keluarga yang mulai belajar menabung perlu mewajibkan anak-anaknya sekolah setinggi-tingginya, minimal sampai tamat SMA dan kepadanya diberikan pelatihan ketrampilan di lingkungan Posdaya atau ikut pelatihan ketrampilan yang diadakan di lingkungan desa, siapapun yang menyelenggarakannya. Kalau perlu kelompok Posdaya menyelenggarakan pelatihan ketrampilan. Dengan demikian setiap keluarga mengembangkan pemberdayaan keluarganya secara tuntas, kedua orang tua dan anak-anaknya.
Dengan pelatihan ketrampilan itu maka seluruh anggota keluarganya disiapkan menjadi pengusaha atau pekerja yang terampil dan mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka di desanya. Mampu bekerja apa saja yang bisa menambah penghasilan dan membebaskan keluarga dari lembah kemiskinan dengan bekerja cerdas dan eras, bukan dengan meminta-minta.
Dari kalangan lain diharapkan bisa membantu dan peduli terhadap keluarga miskin melalui bantuan yang memancing, misalnya mengajari keluarga melakukan pengembangan kolam lele, kolam ikan yang mudah merawatnya, menanam tanaman Kebun Bergizi, bahkan membuat Bank Sayur dimana sayuran yang ditanam setiap keluarga dapat dikumpulkan setelah tidak habis dimakan sendiri untuk bersama sama dijual ke pasar. Dana hasil penjualan dapat dipergunakan untuk biaya hidup dan biaya sekolah anaknya.
Dalam jangka yang lebih lama, disamping ditanam sayur dan buah-buahan, lahan dibelakang rumahnya dapat ditanami pohon keras seperti sengon yang dalam lima tahun dapat dijual dengan harga yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan modal awal yang dipergunakannnya. Semua itu merupakan upaya pengembangan ekonomi biru secara sederhana. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra RI, www.haryono.com).
0 comments:
Post a Comment