Menjadi bidan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sejak 1989, Nurhana harus menempuh medan berat untuk mempromosikan program Keluarga Berencana. Salah satu daerah yang harus dikunjungi petugas penyuluhan KB itu adalah Kecamatan Pipikoro. "Untuk ke tempat itu, nyawa taruhannya," kata perempuan 45 tahun itu kepada Tempo di sela-sela acara Celebes "frans Mupen on the Road di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis lalu. Menurut Nurhana, dibu-tuhkan waktu sekitar lima jam untuk mencapai Pipikoro. Perjalanan dimulai dengan menaiki mobil milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dari Palu menuju Kulawi Selatan, selama tiga jam. Setelah itu, Nurhana masih harus menaiki ojek- sebelumnya hanya ada kuda- selama dua jam. Ongkosnya pun tak murah, Rp 200 ribu sekali jalan. Untung, pemerintah daerah dan BKKBN menanggung ongkos tersebut.
Medan sempit dan menanjak, dengan jurang menganga di satusisi, membuat tukang ojek harus pelan-pelan untuk menjaga keseimbangan. Kondisinya tentu jauh lebih parah kala musim hujan. Pernah, kata Nurhana, seorang dokter jatuh ke jurang saat menuju Pipikoro. "Karena pengobatan tak memadai, dokter itu pun harus dibawa ke Makassar," tuturnya.
Tiba di Pipikoro, Nurhana langsung melayani warga yang tersebar di berbagai lokasi. Maka, dia pun Harus menginap minimal semalam di rumah penduduk atau kepala desa. Awalnyarkata Nurhana, masya-rakat Pipikoro ogah mengikuti program KB. Tapi kunjungan Nurhana, juga rekan-rekannya yang menjadi petugas penyuluh, membuat penduduk setempat menjadi lebih mengerti soal program tersebut.
"Lama-lama mereka memahami bahwa KB adalah kebutuhan," kata Nurhana, yang kini menjadi Kepala Seksi Kesejahteraan Keluarga Badan Pembina Potensi Keluarga Besar dan Keluarga Berencana Kabupaten Sigi. Nurhana terakhir kali ke Pipikoro tiga tahun lalu. Tapi kini timnyamasih berkunjung tiap tiga bulan ke wilayah tersebut. Direktur Bina, Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus BKKBN, Ary Goedadi, mengakui banyak hambatan dialami petugas penyuluhan KB di daerah terpencil. Terutama, soal transportasi. Dia mencontohkan, di salah satu daerah kepulauan di kawasan timur Indonesia, dibutuhkan biaya Rp 10 juta untuk menyewa kapal. Padahal hanya ada 10-20 keluarga. "Meskipun begitu, tugas kami tetap harus menjangkau mereka."
0 comments:
Post a Comment