SEPERTI apakah seorang perempuan disebut cantik sempurna? Apakah harus berajah tirus, bahu mungil, dada-pantat penuh, perut rata, lekuk pinggang aduhai, kaki jenjang, dan kulit mulus?
Lantas, apakah Anda sudah memenuhi kriteria seperti itu? Lalu, saat becermin, Anda merasa tidak sempurna karenanya dan tertekan?
Jika jawabnya tidak, kemudian mulai membenci bagian-bagian tubuh yang dianggap ’’tidak sempurna’’?
Fase berikutnya adalah tindakan nekat mulai minum obat pelangsing berbahaya, operasi, hingga eating disorder. Begitulah siklus bila setiap saat perempuan dibombardir dengan definisi tubuh sempurna dan cantik ideal.
Ketika Victoria Secret (VS), sebuah lini pakaian dalam perempuan ternama, merilis minikoleksi dengan kampanye berbunyi The Perfect Body, banyak yang angkat bicara memprotesnya. Pasalnya, VS hanya menampilkan perempuan dengan perawakan yang sama. Tinggi, kaki jenjang, perut rata, tubuh mungil namun berisi, dan hanya memakai ukuran S atau XS.
Oh ya, kulitnya juga mulus tanpa cela. Tak ada selulit, tak ada stretch marks, tak ada tanda lahir. Bukan hanya Victoria Secret sebenarnya. Hampir semua produk perempuan menampilkan hal yang sama.
Angela Megawati Hartanto sempat mengalami bagaimana rasanya terobsesi ingin langsing seperti yang ditampilkan media massa selama ini. Saat itu umurnya 25 tahun dan sering menerima bullying karena bertubuh subur. Segala cara diet dilakukan Angel. Mulai mengurangi makan, minum obat pelangsing, olahraga, dan bahkan tidak mengonsumsi nasi.
Sayangnya, diet yang dilakukan tidak tepat. Guru playgroup itu terserang penyakit pencernaan. ’’Pertama, mag karena jadwal makan saya tidak teratur. Terus, pas BAB (buang air besar), fesesnya ada darah,’’ ujarnya.
Saat konsultasi ke dokter, barulah Angel sadar bahwa cara dietnya salah. ’’Kalau diet saya diterusin, kata dokter, saya bisa diopname,’’ ungkap perempuan yang ikut komunitas X-tra Large Surabaya tersebut.
Kisah yang sama dialami Cornelia Nathalie. Dia dianugerahi perawakan bongsor, kulit eksotis, dan rambut bergelombang. Mata tajamnya membuatnya makin manis. Tapi, dunia telanjur termakan iklan sehingga dirinya sempat diejek saat duduk di bangku SD.
’’Selalu dibilang bukan anak Mama kalau pergi berdua saja. Jadi, saya bawa foto ayah ke mana-mana menunjukkan saya begini karena mirip ayah,’’ ungkapnya.
Tekanan semacam itulah yang membuat banyak pihak angkat bicara untuk mendefinisikan ulang kata ’’sempurna’’ untuk bentuk tubuh dan penampilan perempuan. Mulai membuat petisi, membuat balasan dengan tagar di media sosial, serta membuat iklan tandingan.
Produk perawatan tubuh seperti Dove sempat membuat kampanye Real Beauty dengan model perempuan berbagai ukuran dan ras. Mereka juga membuat kampanye Love Your Curls agar perempuan keriting berhenti membenci rambut mereka.
Yang terbaru, merek pakaian dalam Lane Bryant membuat iklan balasan dengan judul yang sangat menyindir Victoria Secret, I’m No Angel. Mereka menampilkan model dengan bentuk tubuh seperti perempuan kebanyakan. Punya berbagai variasi ukuran, cukup berisi, dan tidak bebas selulit.
’’Kampanye itu didesain untuk membuat semua perempuan mencintai setiap bagian tubuhnya,’’ kata Linda Heasley, CEO Lane Bryant.
Kampanye tersebut disertai tantangan agar perempuan memotret dirinya di depan cermin dan menuliskan kata-kata penyemangat. Misalnya, I love my curve, you pictured perfect, dan masih banyak lagi. (puz/c5/dos/jpnn)
0 comments:
Post a Comment