CATAN HABRIAH, SEMARANG — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan angka kelahiran pada usia remaja di Jawa Tengah (Jateng) termasuk kategori tinggi, dan pemicu melonjaknya angka kematian ibu hamil.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Tjondrorini mengatakan angka kelahiran remaja perempuan usia 15-19 tahun di Jateng melampaui target nasional yang harus dicapai, yakni penurunan kelahiran sebanyak 30%. Dari data, angka kelahiran tercatat 36 dari 1.000 kelahiran.
“Kami harus berupaya keras untuk menekannya, karena kehamilan usia remaja sangat berisiko terjadi kematian pada ibu hamil,” ujar Tjondrorini dalam laman resminya, Selasa (5/5/2015).
Selain akibat pernikahan dini, ujarnya, tingginya angka kematian ibu hamil pada usia remaja juga karena terbatasnya jumlah petugas lapangan keluarga berencana, serta kurang diprioritaskannya program KB dalam pembangunan di tingkat desa.
Oleh karena itu, penguatan lini lapangan menjadi strategi utama pada 2015. Dia menerangkan berbagai upaya dan strategi BKKBN Jateng antara lain ‘menggarap’ generasi muda melalui program Generasi Berencana (GenRe).
Dia menerangkan, pelayanan KB yang difokuskan pada alat kontrasepsi jangka panjang menggunakan implan atau Intra Uterine Device (IUD) dengan sasaran prioritas pasangan usia muda dan anak sedikit, serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk sosialiasi kesehatan reproduksi pada remaja dengan mendirikan pusat informasi dan konseling.
BKKBN juga menyiapkan dan melatih tenaga bidan dan dokter supaya dapat memberi pelayanan KB kepada masyarakat.
“Apalagi hingga kini Jateng masih kekurangan tenaga PLKB, karena idealnya setiap desa di Jateng memiliki satu PLKB. Namun jumlah PLKB saat ini hanya sekitar 2.000 orang yang tersebar di 8.500 desa,” terangnya.
Melalui Program GenRe diharapkan pola pikir generasi muda dapat merencanakan keluarga dengan sebaik-baiknya. Antara lain menunda usia nikah atau perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun, merencanakan jumlah anak yang ideal dalam keluarga, mengatur jarak kelahiran anak, dan mengetahui pola pengasuhan dan mendidik anak dalam keluarga.
Selama empat tahun terakhir (2010-2014) banyak target sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional yang belum tercapai. Yakni angka kelahiran total (TFR) masih 2,5 dari target 2,1, dan penggunaan kontrasepsi atau CPR dengan sasaran 64% pada tahun 2014 hanya tercapai 61,5%.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan laju pertumbuhan penduduk di Jateng harus dapat ditekan. Bila tidak dapat diturunkan, paparnya, akan berpengaruh buruk terhadap berbagai sektor kehidupan.
”Paradigma banyak anak banyak rezeki hingga kini memang sulit dihilangkan, karena sampai sekarang di daerah-daerah masih banyak yang memiliki anak lebih dari tiga. Persoalan ini menjadi PR bagi kita semua untuk dapat menekan laju pertumbuhan penduduk,” kata Ganjar. (bisnis.com/bkkbn)
0 comments:
Post a Comment