Badan Pusat Statistik memproyeksikan penduduk pada tahun 2014 terdapat balita dan anak usia 0-9 tahun jumlahnya mencapai 47,2 juta, remaja 10-24 tahun 65,7 juta serta lansia (usia 60 tahun ke atas) berjumlah 20,8 juta jiwa.
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof Dr Fasli Jalal, PhD, SpGK, menunjukkan Indonesia mengalami triple burden, bebannya sekaligus tiga, yaitu situasi dimana proporsi dan jumlah balita, anak, remaja dan lansia lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia produktif sehingga meningkatkan beban ketergantungan (dependency ratio).
Pada kelompok usia remaja masih banyak permasalahan yang dihadapi, antara lain rendahnya usia kawin pertama wanita, kehamilan yang tidak diinginkan, seksualitas pra nikah, narkoba dan berbagai masalah lainnya yang berpotensi membuat masa depan remaja itu menjadi suram, dan akhirnya mempengaruhi masa depan bangsa. “Ini yang menyebabkan kualitas SDM Indonesia masih rendah, pada 2012 menduduki urutan ke 121 dari 187 negara,” kata Fasli di Jakarta, Kamis (14/3).
Oleh karena itu, BKKBN menyikapinya dengan menggelorakan program pembangunan keluarga yang dilaksanakan dengan pendekatan siklus kehidupan yakni pembinaan terhadap balita dan anak, remaja, lansia, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. “Kondisi ini harus dicermati secara serius dengan program yang komprehensif dan sistematis agar masa depan anak Indonesia cemerlang,” ujarnya.
“Kita harus memperhatikan betul siklus hidup manusia dari masih dalam kandungan hingga meninggal nanti untuk memastikan sepanjang hidup menjadi hidup yang berkualitas. BKKBN ingin membangun keluarga di Indonesia senantiasa bahagia dan sejahtera. Jadi siklus hidup mau kita bangun di kependudukan,” ujarnya.
Upaya itu, antara lain melalui upaya membekali wawasan kepada 2,5 juta pasangan calon pengantin yang akan membangun keluarga agar memahami soal keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Untuk mencari data calon pengantin tersebut BKKBN sudah berkoordinasi dengan kemenrtrian agama dan KUA terkait data warga yang akan menikah.
Calon pengantin perlu memahami kapan sebaiknya hamil, kapan akan hamil yangkedua, dan setelah lahir bagaimana pengasuhan anak yang baik “Sudah ada model sistemasi yang sudah dilakukan masyarakat mengenai calon pengantin. Banyak yang masih bingung apa yang harus disiapkan, sehingga banyak mudah bercerai. Jadi kursus calon pengantin itu sangat penting,” kata Fasli
0 comments:
Post a Comment