728x90 AdSpace

  • Info Terbaru

    Sunday 24 May 2015

    GERAKAN AKSESIBILITAS UMUM NASIONAL


    CATATAN HABRIAH -- Dalam rangkaian peringatan Hari Lanjut Usia Nasional 2015, tidak seperti biasa akan ditandai dengan Deklarasi Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional. 
    Gerakan ini adalah upaya untuk mengembalikan budaya bangsa yang beradab, budaya bangsa yang memberi perhatian kepada saudara kita penyandang disabilitas, saudara kita yang berusia lanjut yang tidak lagi setegar pada jaman mudanya, dan karenanya memerlukan perhatian dan dalam kondisi tertentu memerlukan pertolongan untuk menunjang keperluan hidupnya. Perhatian itu bukan berarti seseorang harus mengorbankan segalanya, tetapi suatu ungkapan berbagi yang sopan dan ikhlas. 
    Acara deklarasi GAUN itu diputuskan oleh DNIKS pada Rapat Kerja Nasional di Padang bulan lalu bersamaan dengan diadakannya Konperensi Nasional Kesejahteraan Sosial yang ke VIII. Alasannya sangat sederhana yaitu karena mencuatnya rasa individualisme, banyak kalangan tidak lagi memberikan perhatian kepada para penyandang disabilitas atau penduduk lanjut usia. Banyak yang beralasan bahwa di masa lalu jumlah penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia relatif sedikit, jadi memberikan perhatian dan “mengalah” pada penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia pengaruhnya juga sedikit. 
    Pada waktu ini jumlah disabilitas dan penduduk lansia banyak, sehingga kalau harus selalu mengalah diperkirakan fasilitas transportasi dan fasilitas umum lainnya akan habis hanya melayani mereka saja. Banyak yang memandang mereka itu bukan lagi suatu kumpulan khusus yang harus diperhatikan, tetapi harus diperlakukan secara umum seperti penduduk lainnya. 
    Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional itu ingin mengajak khalayak ramai untuk makin peka dan mengingatkan masyarakat pada umumnya akan hak-hak yang dimiliki setiap individu, termasuk penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia, yang harus dihormati sebagai bangsa yang beradab. Menurut Ketua BK3S Jawa Timur, Dr Tjuk Kasturi Sukiadi, SE mengutip pitutur luhur eyang Sosrokartono alias Joko Pring, gerakan ini seakan seperti “ngulurk tanpa bala, digdoyo tanpa aji, menang tanpo ngasorake”, artinya GAUN seakan bergerak tanpa kawan, kuat kukuh tanpa kekuatan dan menang tanpa ada yang merasa dikalahkan. Artinya gerakan ini akan mengajak siapa saja yang berhati nurani dan peduli untuk menjadi bagian dan mengambil peran secara aktif. 
    Siapa saja diajak untuk ikut serta menjadi insan yang mencoba mengingatkan dan mengajak sesama kawan, dimulai pada fasilitas transportasi untuk memberi peluang dan fasilitas kepada penyandang disabilitas dan penduduk lansia. 
    Pada kesempatan lain apabila mereka yang makin sadar dan mengikuti gerakan ini makin banyak, maka usahanya akan ditujukan kepada anak-anak sekolah, mulai pada tingkatan usia balita, untuk mencintai kakek dan neneknya, siapa saja anggota keluarga, utamanya penyandang disabilitas sama seperti mereka mencintai saudara lainnya. 
    Anak-anak balita diajarkan sikap dan tingkah laku hormat dan memberi perhatian dan mendahulukan penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia itu. Sikap yang sehari-hari diterjemahkan ke dalam tingkah laku itu akhirnya diharapkan akan membudaya dan menjadi bagian dari pola hidup bangsa. 
    Seperti diuraikan di atas, penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia dewasa ini jumlah tidak hanya satu atau dua juta, tetapi melebihi limapuluh jutaan, terdiri dari hampir separuh penyandang disabilitas dan separuhnya lagi penduduk lanjut usia. Karena itu, kalau di masa lalu kita jarang melihat penyandang disabilitas, dewasa ini dimana-mana kita melihat mereka seakan selalu ada. 
    Demikian juga penduduk lansia, sekarang kemana pun kita pergi selalu akan bertemu dengan penduduk lanjut usia. Kalau dimasa lalu mereka seakan tidak mampu bergerak kemana-mana, dewasa ini mereka sama saja dengan penduduk biasa mempunyai kegiatan yang juga beraneka ragam. 
    Sampai hari ini Tim Penggerak GAUN yang dipimpin oleh Ibu Ariani telah melaporkan rencana kegiatannya kepada beberapa kementerian dan instansi terkait agar gaungnya segera mendapat perhatian. Untungnya ada beberapa pemerintah daerah yang karena secara kebetulan memang telah mendengar dan mengamati berbagai keputusan internasional dan nasional tentang disabilitas dan perhatian terhadap penduduk lanjut usia telah terlebih dulu memberikan perhatian terhadap penyediaan dan pengadaan fasilitas umum seperti tanda-tanda jalan untuk disabilitas, fasilitas penggunaan kursi roda, penyediaan taman untuk penduduk lanjut usia dan lainnya. 
    Penyediaan fasilitas khusus untuk transportasi umum secara teoritis sudah pernah diputuskan dan diadakan, tetapi dalam banyak kasus penyediaan fasilitas itu sering tidak diperhatikan oleh para petugas atau justru dimanfaatkan oleh penduduk lain yang bukan disabilitas atau belum menjadi penduduk lansia. 
    Tim inti DNIKS juga sudah bergerak menghubungi dan mendapat perhatian dari berbagai organisasi sosial kemasyarakatan untuk ikut mengambil bagian dari kampanye penyadaran yang akan menjadi besar ini. 
    Perhatian yang dimulai dengan penyegaran sikap mental ini akan menjalar menjadi kegiatan yang bisa mengukuhkan kembali sikap mental bangsa besar yang menganut budaya Pancasila yang beradap dan sangat menghargai saudaranya yang disabilitas dan sudah lanjut usianya. Perhatian itu akan meluas pada bidang-bidang kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan perhatian yang besar terhadap lingkungan, utamanya fasilitas dimana saudara kita yang disabilitas atau lanjut usia melakukan kegiatannya sehari-hari. 
    Pada saat ini diperlukan perhatian dari banyak kalangan untuk menyegarkan pesan-pesan yang intinya mengingatkan kembali niat kemerdekaan yang kita perjuangkan adalah untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan agar dapat diusahakan dan dikembangkan bersama kesejahteraan dan kebahagiaan secara adil dan merata. 
    Kebahagiaan yang adil itu bukan hanya untuk segelintir individu yang beruntung, tetapi juga untuk yang kurang beruntung seperti penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia. Keadilan sosial itu tidak berarti suatu fasilitas harus diperebutkan dengan kekuatan otot dan atau kekuatan uang, tetapi justru setiap orang harus menyadari bahwa segala sesuatu perlu dipertimbangkan untuk kepentingan umum yang bersifat merata dan kesanggupan untuk berbagi secara ikhlas. 
    Proses penyegaran budaya itu harus dibarengi dengan tuntunan sikap dan tingkah laku yang perlu disegarkan agar setiap individu bisa kembali ke jati diri bangsa dan memperlakukan sesamanya dengan keyakinan yang penuh bahwa memberikan hormat kepada penyandang disabilitas bukan suatu sikap yang berlebihan dan sok hormat atau sok sosial, tetapi suatu sikap wajar yang perlu dilakukan oleh setiap penduduk Indonesia. 
    Sikap dan tingkah laku yang didukung pendapat umum itu perlu disebar-luaskan agar kita tidak dianggap manusia istimewa yang menunjukkan sopan santun sebagai suatu pencitraan semata. Suatu sikap dan tingkah laku sebagai bagian dari budaya bangsa.  

    Oleh : (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com).
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: GERAKAN AKSESIBILITAS UMUM NASIONAL Rating: 5 Reviewed By: Unknown

    Galeri Aktivitas Saya 2013 - 2015