Dalam suatu talkshow, seorang bidan berbagi pengalaman tentang salah seorang pasiennya yang tidak mempan menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Pasien tersebut tetap saja bisa hamil, meskipun sudah diberi pil kontrasepsi. Ketika dicoba menggunakan IUD maupun metode suntik, dia juga tetap hamil. "Mungkin karena terlalu subur," ujar sang bidan.
Pada akhirnya, pasien tersebut minta disterilisasi karena sudah lelah hamil dan melahirkan lima anak.
Menurut Dr. dr. I Gede Putu Kayika, Sp.OG(K), kasus tersebut bisa saja merupakan akibat dari penggunaan metode kontrasepsi yang tidak tepat.
KB suntik bila terlambat jadwalnya, bisa tidak efektif. Konsumsi pil KB, jika tidak teratur waktu minumnya, juga menjadi tidak efektif.
Pil KB sebaiknya diminum pada jam yang sama, supaya hormon di dalamnya bisa stabil di dalam tubuh.
Pil KB juga bisa tidak efektif apabila berinteraksi dengan obat lain, misalnya obat antijamur dan obat tuberkulosis, atau interaksi dengan zat-zat dalam makanan, misalnya susu.
Cara penyimpanan yang tidak baik, bisa menyebabkan efektivitas pil menurun. Pil kontrasepsi yang dibeli di pasar-pasar 'gelap' juga bisa saja palsu, sehingga tidak ada manfaatnya.
Sedangkan penggunaan IUD, apabila tidak rajin kontrol, kemudian posisinya bergeser sehingga tidak menutup rahim dengan sempurna, akan memberi peluang lebih besar untuk terjadinya konsepsi.
IUD yang tidak dikontrol bahkan sampai kedaluwarsa juga akan berkurang efektivitasnya.
"Memasang IUD itu tidak hanya memerlukan keahlian dari tenaga kesehatannya, tapi ibu juga harus rileks, tidak boleh tegang, tidak boleh stres, karena bisa menyebabkan pemasangan tidak tepat," tutur Dr. Kayika.
Ditegaskan bahwa IUD impor maupun lokal sama-sama efektif untuk mencegah kehamilan, asal penggunaannya benar. IUD impor memang lebih lentur dan lebih pendek daripada IUD lokal, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap efektivitas.
0 comments:
Post a Comment