* Seorang perempuan, sebut saja Yuyun (39 tahun) menggunakan KB suntikselama sembilan tahun. Empat tahun lalu KB tersebut dihentikan, karena ingin hamil lagi. Akan tetapi, sampai sekarang ia tidak kunjung hamil. Menurut bidan yang menanganinya, rahimnya sudah kering.
Menurut Dr. dr. I Gede Putu Kayika, Sp.OG(K), KB suntik sifatnya deposit yang artinya obat masih ada di dalam tubuh walaupun suntiknya berhenti. Hormon yang ada dalam KB suntik memang bisa menyebabkan selaput lendir rahim tidak diproduksi. Kondisi ini sebetulnya bisa dikoreksi dengan cara merangsang hormonnya menggunakan obat penyubur, supaya rahim siap lagi. Memang perlu waktu untuk bisa hamil lagi, apalagi usia ibu sudah lebih 35 tahun, dimana kemampuan untuk hamil juga secara alami menurun.
* Pemakaian KB suntik jangka panjang bisa menyebabkan menstruasi tidak keluar, dan dikhawatirkan bisa menyebabkan pengeroposan tulang, meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendasarinya.
Kalau sudah menggunakan KB suntik jangka panjang, bisa diganti dengan steril atau metode yang lain.
* Perempuan lain mengaku merasakan nyeri perut bawah dan khawatir apakah ini karena ia menggunakan IUD.
Dijelaskan oleh Dr. Kayika bahwa nyeri perut bawah bisa disebabkan banyak faktor, seperti infeksi, kista, tumor, atau penggunaan IUD yang tidak benar. "Tentu saja harus dicek untuk tahun apa penyebab sebenarnya," ujar Dr. Kayika.
Kalau IUD sudah dicabut, dan nyerinya hilang, kemungkinan besar nyeri itu berkaitan dengan penggunaan IUD. Akan tetapi kalau setelah dicabut nyeri tetap terasa, berarti bukan karena IUD.
* Pil KB kombinasi yang berisi estrogen dan progesteron, bagi orang yang sensitif bisa menimbulkan flek-flek kecokelatan pada kulit wajah.
Memilih pil dengan dosis lebih kecil, bisa meminimalisasi timbulnya flek-flek tersebut. Pil kontrasepsi generasi terbaru juga memiliki efek yang minimal.
0 comments:
Post a Comment