Pimpinan Pelaksana Lapangan Keluarga Berencana Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Muhammad Mundakir, punya cerita unik. Dia menuturkan soal program keluarga berencana vasektomi. Menurut pria berumur 53 tahun ini, prosedur vasektomi dijauhi oleh keluarga di Kecamatan Cipayung.
Anehnya, bukan warga pria yang paling banyak menolak vasektomi. "Ibu-ibu yang justru paling keberatan kalau suaminya vasektomi," kata Mundakir kepada Tempo, Rabu, 2 Oktober 2013, di Puskesmas Pondok Rangon, Bekasi, Jawa Barat.
Menurut dia, ibu-ibu yang mengkhawatirkan kesetiaan suami mereka seusai divasektomi. Mereka takut suami mereka malah "jajan sembarangan" atau berhubungan intim dengan perempuan lain. "Jadi ibu-ibu malah minta biar mereka saja yang KB," kata Mundakir sambil tertawa.
Dia pun mengaku maklum dengan alasan ibu-ibu ini. Meski begitu, Mundakir tetap berusaha mengubah pola pikir mereka dengan melakukan sosialisasi setiap tiga bulan sekali di kantor Kecamatan Cipayung.
Selain itu, faktor agama juga mempengaruhi minimnya peminat vasektomi. Menurut dia, sejumlah warga beragama Islam mengharamkan program KB, terlebih jika pria yang melakukan vasektomi.
Mundakir pun memutar otak. Dia mulai melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh agama. Cara ini pun lumayan ampuh. Hasilnya, banyak warga yang mulai menerima program KB. Tapi tetap saja peminat vasektomi minim.
Selama 21 tahun bertugas sebagai pemberi layanan KB, Mundakir mencatat rata-rata per tahun paling banyak 10 warga Kecamatan Cipayung yang melakukan vasektomi. Tahun ini saja, hasilnya lebih mengecewakan. "Sampai sekarang, baru ada tiga warga yang vasektomi, padahal target kami 50 orang per tahun."
Selain itu, fasilitas untuk melakukan vasektomi juga masih minim. Prosedur vasektomi selama ini hanya bisa dilakukan ketika ada acara KB gratis dari BKKBN. Sebab, butuh tenaga medis khusus dan fasilitas khusus.
0 comments:
Post a Comment