PERNAHKAH Anda merasakan seolah dunia jungkir balik dan Anda terjebak di dalamnya? Saat membuka mata, segala di sekeliling terasa berputar.
Atau sebaliknya, saat menutup mata, justru Anda yang merasakan tubuh berputar? Jika ya, mungkin Anda sedang mengalami yang dinamakan vertigo.
Vertigo merupakan sensasi berputar yang membuat Anda berilusi bergerak mengitari ruangan atau ruangan yang mengitari Anda. Sebagian besar orang terkadang masih awam untuk membedakan gejala pening yang dirasakan.
Apakah yang dirasakan adalah pusing, vertigo, atau memang sakit kepala. Penting bagi Anda terlebih dahulu mendiagnosis diri sendiri dan menerjemahkan sensasi yang dirasakan di kepala. Sebab, penanggulangannya tentu berbeda.
Selama ini, vertigo sering salah diterjemahkan sebagai suatu penyakit. Sama halnya dengan flu atau demam, justru vertigo merupakan gejala dari sesuatu yang harus ditilik sumbernya.
Dokter Hery Soebadiono SpS, spesialis saraf RSK St Vincentius A. Paulo (RKZ) Surabaya, menyatakan, kemunculan vertigo berhubungan dengan tiga komponen dasar yang bermasalah. Yakni, mata, telinga bagian dalam, atau sistem proprioseptif yang berhubungan dengan gerak sendi manusia. Tiap-tiap komponen tersebut terhubung ke bagian otak dan dapat mengakibatkan vertigo.
Secara umum, vertigo dapat dibagi menjadi jenis perifer dan sentral. Vertigo perifer merupakan vertigo yang banyak bermain di bagian pinggir kepala dan 75 persen disebabkan gangguan keseimbangan. Sensasi berputar yang dirasakan kerap disertai rasa mual seperti mabuk kendaraan. Pada skala yang lebih tinggi, penderita bahkan tidak sanggup berdiri.
”Vertigo terjadi karena ada informasi salah yang diterima oleh pancaindra,” ujar dr Hery. Pada organ keseimbangan, ada cairan endolimfeyang bertugas mengisi kanal di saluran telinga dalam.
Cairan tersebut akan terus bergerak dan menerjemahkan posisi tubuh manusia, contohnya horizontal (saat berbaring) atau vertikal (saat berdiri). Hasil terjemahan cairan endolimfe dikirim ke otak kecil untuk menata keseimbangan.
Secara sederhana, jelas dr Hery, bisa jadi otak keliru menerjemahkan pesan dari kanal telinga atau endolimfe terlambat memperbaiki posisi. Akibatnya, otak masih menerjemahkan kepala pada posisi berbaring saat tubuh sudah berdiri atau sebaliknya. Ilusi berputar pun terjadi.
”Sedangkan vertigo sentral bisa disebabkan penyakit yang lebih rumit seperti stroke atau tumor,” ujar pria kelahiran Kudus, 4 November 1954, itu. Vertigo juga dapat disebabkan kondisi pascatrauma sehabis benturan keras. Karena kepadatan tulang kepala dan otak tidak sama, otak seolah tetap bergetar walau tengkorak telah stabil.
Vertigo perifer pada umumnya terjadi tiba-tiba dengan rasa pusing yang hebat. Namun, vertigo jenis itu juga cenderung lebih cepat hilang. Sementara vertigo sentral biasanya muncul perlahan sehingga tak terlalu dirasakan, dideteksi dengan pemeriksaan lanjutan, dan membutuhkan pengobatan jangka panjang.
Dokter Haris Mayagung Ekorini SpTHT-KL(K), dokter spesialis THT-KL RSUD dr Soetomo, menambahkan, vertigo bersifat sangat kompleks dan memang dapat disebabkan bermacam faktor seperti pengaruh usia, trauma, atau virus dan bakteri.
Hingga saat ini, terang dr Haris, memang belum diketahui pasti penyebab gejala yang satu itu. Namun, reaksi tubuh yang salah tersebut tetap bisa dilatih.
”Contohnya, pemain akrobat yang berlatih sejak kecil tidak akan mengalami vertigo meskipun jungkir balik dengan posisi kepala yang selalu berubah,” ujar dr Haris. (rim/c11/dos)
0 comments:
Post a Comment